8 March 2017

8 TIPS MENULIS BUKU DWILOGI, TRILOGI, TETRALOGI


Pada bahasan sebelumnya, kita sudah membahas tentang tips menulis novel serial. Kali ini  Smart Writer akan membahas tentang dwilogi, trilogi, tetralogi dan seterusnya. 

Secara umum novel-novel dwilogi dan seterusnya juga nmerupakan novel yang ditulis berseri, namun dalam penulisan teknisnya, penulis dwilogi dan seterusnya akan membatasi novelnya hingga buku ke sekian.

Contoh – contoh buku semacam ini antara lain karya-karya Andrea Hirata dengan tetralogi Laskar Pelangi-nya,  dwilogi Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas, Pramoedya Ananta Toer dengan tetralogi Bumi Manusia–nya, J.R.R. Tolkien dengan trilogi Lords of The Rings-nya, hingga  tetralogi The Tunnels milik Roderick Gordon dan Brian Williams. Dalam dunia non fiksi pun istilah dwilogi dan seterusnya sudah ada yang menulisnya. Contohnya saja Ustadz Yusuf Mansyur dengan Pentalogi #Winner, #Kalem, #Suflish, #Dream, #Doa, dan trilogi Kun Fayakuun. Ataupun dwilogi nonfiksi pernikahan / rumah tangga karya duet Afifah Afra dan Riawani Elyta berjudul Sayap-sayap Sakinah dan Sayap-sayap Mawaddah.

Menulis novel maupun non fiksi dengan gaya dwilogi dan seterusnya ini masih terbuka sangat lebar, penuh tantangan dan menguras energi yang cukup besar dibandingkan menulis novel atau buku tunggal. Ibarat penyanyi dan penulis lagu yang menghasilkan sebuah mini album atau album, tentu lebih membutuhkan perjuangan daripada merilis sebuah single, begitu pula menulis dwilogi dan seterusnya.

Tetapi kesulitan dan tantangan itu menjadikan menulis dengan cara ini masih relatif sedikit jumlahnya. Kamu mau menjadi yang sedikit dan masih terus dicari itu? Yuk, ikuti tips-tips dari Smart Writer berikut ini ya :
      1.      Menentukan tema dan jenis buku
Baik novel maupun non fiksi, kamu harus memiliki ide dasar dan tema yang kuat, yang kamu yakin bisa bertahan hingga menyelesaikan seluruh rangkaian seri.
Kebanyakan penulis dwilogi dan seterusnya mengambil genre fantasi karena memiliki jangkauan imajinasi yang luas untuk dikembangkan, namun genre lain pun memiliki banyak ide dasar yang luas untuk dikembangkan selama  kamu yakin jika idemu itu cukup kuat untuk bertahan hingga akhir keseluruhan cerita.

     2. Membangun kerangka kuat untuk setiap bagian dengan hubungan yang erat dengan bagian selanjutnya
Tiap bagian memiliki proses penulisan yang hampir sama dengan menulis sebuah buku tunggal. Bedanya, pada buku dwilogi dan seterusnya memiliki judul masing-masing yang mencerminkan isi buku tersebut namun memiliki keterkaitan erat dengan seri selanjutnya dan akan diakhiri pada bagian terakhir. Jadi sebelum kamu menulis seluruh rangkaian bukunya, buatlah kerangka kuat per bagian untuk tiap serinya ya.

      3.      Penokohan yang sama atau hampir sama (untuk karya fiksi)
Inilah keuntungan menulis dwilogi dan seterusnya. Kamu bisa menggunakan tokoh yang sama atau hampir sama dan tidak perlu memikirkan bagaimana membangun tokoh-tokoh baru untuk setiap bukumu. Tapi tentu saja pada buku lanjutannya, kamu bisa memasukkan tokoh – tokoh  baru namun tokoh utama dan beberapa tokoh pendamping tetap sama pada setiap sekuelnya, Jadi pastikan kamu membuat tokoh yang kuat karakternya dan spesifik agar mudah untuk terus dieksplorasi.

      4.      Penjabaran tema yang seragam untuk dwilogi dan seterusnya dalam buku non fiksi
Buku - buku non fiksi dengan gaya dwilogi dan seterusnya terbilang masih sedikit. Jika kamu memiliki ide yang banyak dan luas namun masih dalam satu tema, maka kamu bisa menuangkannya dalam buku dwilogi dan seterusnya. Selain ide - idemu bisa tertampung dengan lebih leluasa, kamu juga bisa lebih dalam menjabarkan sebuah tema yang bisa jadi kurang tuntas jika hanya ditampilkan dalam sebuh buku  walaupun dengan halaman yang tebal.  

      5.      Eksplorasi lebih banyak ide untuk buku kedua dan seterusnya
Menggarap buku yang lebih dari satu seri menuntut kamu menampilkan yang lebih greget lagi di setiap sekuelnya, maka Kamu harus bisa menata tiap bukumu agar memiliki konflik yang semakin menajam pada tiap sekuelnya.  

     6.      Lebih banyak membaca dan menonton novel dan film dwilogi dan seterusnya untuk mencari ide – ide apa yang disukai pembaca dan penonton sekaligus menghindari stack dalam penulisan. Banyak penulis dwilogi, trilogi dan seterusnya bisa memberikan awal cerita yang menggelegar pada buku pertamanya namun sedikit mengalami perlambatan pada buku selanjutnya. Kamu bisa menghindari hal tersebut tentunya dengan perencanaan yang matang dan memiliki ide kuat dan kaya pada saat akan menggarap buku seterusnya. 

      7.      Fokus pada saat mengerjakan karyamu
Novel dan atau buku non fiksi dalam bentuk dwilogi dan seterusnya menuntut ekstra fokus pada saat pengerjaannya karena kamu dituntut memberikan lebih daripada hanya mengerjakan sebuah karya tunggal, jadi usahakan selalu fokus dan hindari mengerjakan buku yang lain kecuali semacam tulisan singkat seperti artikel dan opini.

      8.      Menawarkan naskah yang rapi ke penerbit
Pertaruhan agar karyamu bisa diterbitkan adalah pada saat pertama kali menawarkannya pada penerbit. Kamu tentu punya harapan agar karya pertamamu berlanjut sesuai rencana awalmu, jadi buatlah buku pertamamu dengan sebaik mungkin. Bukan hanya isi cerita, tema, penokohan dan jalan cerita yang harus unik dan menarik, kamu juga harus memperhatikan ejaan, dialog yang mengalir dan sesuai, penggalan – penggalan kalimat dan tulisan yang benar.
Jika karyamu rapi dan terstruktur baik dengan jalan cerita yang menarik, maka penerbit tentu dengan senang hati akan menerbitkan bukumu.   

Ide – ide yang dahsyat akan sia - sia jika kamu hanya menyimpannya di dalam kepalamu. Memang terlihat sulit ketika kita akan mengerjakan segala sesuatu pada awalnya. Tetapi setelah  kamu menuliskan kata pertamamu, semua akan terlihat masuk akal dan ide – idemu akan mengalir berloncatan bahkan sebelum kamu sempat mengetikkannya. Jadi mari menulis limpahan idemu tidak hanya dalam sebuah buku tetapi dua, tiga, empat dalam bentuk dwilogi, trilogi, tetralogi dan seterusnya.
Selamat menulis.

Riawani Elyta
Risa Mutia

No comments:

Post a Comment